Urunan Pulihkan Tarakan
Indonesia harus mencetak lebih banyak pengusaha baru untuk menjadi negara maju. Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto (Rektor President University) sampai merombak kurikulum dengan memasukkan mata kuliah Entrepeneurship, mendirikan inkubator bisnis, menggandeng para praktisi untuk menjadi mentor dan investor bagi bisnis yang dibangun mahasiswanya. Menurutnya, kampus perlu bertransformasi menjadi Entrepeneurial University (Universitas Berkewirausahaan) dengan membangun ekosistem kewirausahaan yang melekat. Di negara-negara maju, banyak bisnis besar yang dibangun Mahasiswa pada negara-negara maju, contohnya Facebook oleh Mark Zuckerberg dari Harvard University, ada Google dan Snapchat dari mahasiswa Standford University, dan WordPress yang dibangun dua mahasiswa dari University of Houston. Survei IDN Research Institute (2019) yang memaparkan 7 dari 10 Millenial Indonesia memiliki jiwa entrepeneurship dengan peresentase 69,1 persen.
Pemerintah mendukung penuh terwujudnya kompetensi mahasiswa sebagai wirausahawan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Salah satunya adalah hak bagi mahasiswa untuk belajar tiga semester diluar program studi sebagai wirausaha dengan bimbingan dosen. Dalam mendorong munculnya wirausahawan mahasiswa di Indonesia juga diselenggarakan melalui Program Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (PKMI) yang terdiri dari Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia (KBMI), Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI) dan Pendampingan Wirausaha Mahasiswa Indonesia (PWMI). KBMI dan ASMI memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan bantuan dana pengembangan wirausaha dan pendampingan usaha. Ditjen Dikti berusaha meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam membangun startup (usaha rintisan digital) sebagai bagian dari kerja sama dengan Kementerian Kominfo yang membentuk Gerakan 1.000 Startup. Bentuk Implementasinya antara lain pengembangan kurikulum Startup, Diklat online untuk dosen dan mahasiswa secara masif, dan 100.000 partisipan dosen dan mahasiswa pada tahun 2021. Kerjasama ini diperkuat dengan kurikulum Startup Digital sebagai mata kuliah opsional dengan modul berstandar Nasional pada tahun 2022.
Indonesia memiliki 7.369.009 mahasiswa dengan 263.554 tenaga pendidik, sehingga visi partisipasi 100.000 dosen dan mahasiswa pada program Gerakan 1.000 Startup minimal adalah sebesar 1,31% atau sebanyak 99.986 dosen dan mahasiswa di seluruh Indonesia. Kota Tarakan memiliki 9.645 mahasiswa dan 453 tenaga pendidik. Universitas Borneo Tarakan menjadi Perguruan Tinggi terbesar dengan 7,827 Mahasiswa (81,15% dari keseluruhan mahasiswa di Tarakan) dengan mahasiswa Fakultas Ekonomi terbanyak kedua (setelah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) yaitu sebesar 1.252 orang. Maka dalam mendukung program Gerakan 1.000 Startup idealnya dipartisipasi sebanyak 132 (1,31%) dosen dan mahasiswa se-Kota Tarakan. Sementara, Tarakan nihil dalam Kelompok Umur Pengusaha 15–24 tahun (terbayak 27 orang di Bulungan), sehingga jumlah 132 dosen dan mahasiswa dengan minat wirausaha sangat memungkinkan untuk menjadi pioner dalam membangun ekosistem kewirausahaan dunia mahasiswa di Kota Tarakan khususnya, dan Kalimantan Utara pada umumnya.
Dengan semangat untuk memulihkan pandemi Covid-19 di Kota Tarakan, Perguruan Tinggi bersama Pemerintah dan para praktisi usaha lokal dapat menyelenggarakan kegiatan wirausaha mahasiswa sebagai program “mikro” PKMI non-formal berskala kecil dengan tujuan yang sama pada PKMI formal berskala nasional, yaitu; 1) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang memiliki minat wirausaha untuk mengembangkan usahanya lebih dini dan terbimbing, 2) Menangani permasalahan pengangguran yang menghasilkan pengangguran intelektual dari kalangan sarjana. Workshop Kewirausahaan (bagi Mahasiswa), Pelatihan Pendamping (bagi Dosen dan Praktisi), KBMI dan ASMI, sampai Eskpo KMI (Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia) dan Startup Summit yang diselenggarakan secara lokal dan informal (dengan persyaratan yang lebih longgar) tentunya dapat menstimulasi kesiapan dunia Mahasiswa Tarakan dalam menjalankan PKMI berskala nasional secara formal.
Dukungan Gerakan 1.000 Startup di Tarakan perlu paradigma baru yang minim risiko dan kekinian. Minim risiko dimaksudkan pada aktivitas wirausaha yang menghindari beban berkepanjangan seperti skema pinjaman modal dengan bunga pinjaman (biasanya dalam permodalan Pinjaman Bank), dan kekinian dimaksudkan pada aktivitas wirausaha yang mengedepankan kolaborasi berbasis teknologi. Perlu ditekankan, dari 71 usaha di Kalimantan Utara yang tidak meminjam dari Bank, 48 (67,6%) usaha memilih “Tidak Berminat” sebagai alasan utama tidak meminjam di Bank. Untuk itu skema Urun Dana Modal atau Equity Crowdfunding (ECF) hadir sebagai alternatif permodalan cara “baru” yang minim risiko, dikatakan “baru” karena di Indonesia baru dikeluarkan aturannya pada 31 Desember 2019 dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan perusahaan “Santara” sebagai perushaan urun dana pertama yang berizin di Indonesia pada 6 September 2019. Salah satu latar belakang ide ini karena adanya keinginan masyarakat kecil menengah untuk terlibat dalam kegiatan perekonomian yang terhalang akses dan kapabilitas (kemampuan) atas kapital (Ersyana Dianasari, 2019), maka konsep ini juga membuka kesempatan kepada mahasiswa dalam keterbatasannya untuk ikut membangun perekonomian. Urun dana modal sederhananya sama seperti donasi bantuan bencana alam atau kemanusiaan yang berjalan selama ini, hanya saja pada urun dana modal berarti tawaran terbuka kepada masyarakat untuk ikut melakukan urunan dana produktif (seperti pembelian saham) kepada suatu usaha rintisan (Startup) yang nantinya akan memberikan umpan balik berupa manfaat bagi hasil (dividen). Walaupun secara tertulis donatur hanya terlibat pada permodalan, keinginan para donatur agar Startup terus tumbuh (sehingga meningkatkan bagi hasil) secara tidak langsung akan mendorong para donatur menjadi dan mengundang pelanggan setia (loyal customers). Sementara konsep kekinian yang mengedepankan kolaborasi berbasis teknologi, terwujud dengan adanya kesadaran bersama antara pendiri usaha dan pemodal dalam hal “engagement” (keterikatan) dengan pelanggan, sehingga memperbesar peluang Startup untuk mendominasi pasar (mereduksi persaingan lokal). Bentuk berbasis teknologi diantaranya, diselenggarakannya efek turunan program urun dana (Equity Crowdfunding) secara online sehingga penggunaan layanan keuangan berbasis teknologi meningkat sebagaimana fenomena transportasi online dan toko online yang tidak hanya dilakukan pengguna (sebagai ojek atau penjual), tetapi juga membangun inisiatif pelanggan untuk membuka akun (rekening) agar melakukan transaksi non-tunai. Ini sesuai dengan visi Tarakan sebagai Smart City, salah satunya adalah adanya kolaborasi antara e-commerce dengan penyedia uang elektronik (Haris Kurniawan, 2020), sementara di tahun 2019 baru ada 548 (16,83%) usaha dari seluruh Industri Mikro dan Kecil di Tarakan (IMK) yang menggunakan internet dalam menjalankan aktivitas usahanya.
Perlu ditekankan, dari 71 usaha di Kalimantan Utara yang tidak meminjam dari Bank, 48 (67,6%) usaha memilih “Tidak Berminat” sebagai alasan utama tidak meminjam di Bank.
konsep ini juga membuka kesempatan kepada mahasiswa dalam keterbatasannya untuk ikut membangun perekonomian.
Sebaran usaha Industri Mikro Kecil (IMK) di Tarakan menjadi dominasi sebaran usaha tebanyak di Kalimantan Utara, yaitu sebesar 3.255 usaha (45,24%), dan menyerap 6.709 tenaga kerja (47,81%) yang menunjukkan Kota Tarakan sudah terbentuk ekosistem berwirausaha. Kemandirian pengusahanya dapat dilihat dalam permodalan, 2.835 (87,09%) usaha dibangun berstatus “Sepenuhnya Milik Sendiri” walaupun jenis kesulitan terbanyak pada permodalan (sebanyak 968 usaha). Dari keseluruhan IMK hanya 414 (12,71%) usaha yang memanfaatkan Pinjaman Bank (393 usaha terbanyak dengan besaran pinjaman 20–100 Juta) sedangkan 1 dari 6 (16,66%) usaha memilih “Tidak Berminat” sebagai alasan utama tidak meminjam dari Bank. Menunjukkan adanya kebutuhan alternatif bentuk permodalan lain selain Pinjaman Bank (konvensional). Potensi keberlangsungan IMK di Kota Tarakan tertinggi se-Kalimantan Utara, dengan total pendapatan sebesar Rp304,16 milyar pada tahun 2019, sebanyak 1.173 memiliki pendapatan 50–99 juta per tahun, disusul 677 usaha dengan pendapatan 100–199 juta per tahun. “Makanan dan Minuman Jadi” merupakan kelompok komoditas tertinggi dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan yaitu sebesar Rp284,452 rupiah (37,46%). Ada 128 (85,33%) IMK menjalankan pola kemitraan “Bagi Hasil” dari 150 usaha yang menjalin kemitraan, dengan 136 (90.68%) usaha menganggap “Kemitraan Menguntungkan”, tentu hadirnya konsep bagi hasil dari skema Urun Dana (Equity Crowdfunding) akan disambut baik. Tantangannya ada pada penggunaan teknologi, masih ada 2.707 (83,16%) usaha yang belum menggunakan intenet untuk pemasaran, jual produk, beli bahan baku, keuangan, dan informasi dalam aktivitas usahanya. Dengan segala potensinya, data-data yang tersaji diatas dapat menjadi referensi bagi para dosen dan mahasiswa lokal untuk merancang dukungan ekonomi lokal.
hanya 414 (12,71%) usaha yang memanfaatkan Pinjaman Bank
Konkritnya, 132 dosen dan mahasiswa Kota Tarakan dapat membangun wadah kewirausahaan mahasiswa, sekaligus mendukung munculnya usaha rintisan baru (sebagaimana Gerakan 1.000 Startup). Industri Mikro Kecil (IMK) yang masih konvensional dapat dibangun dengan konsep Urun Dana (Equity Cowdfunding) sebagai alternatif permodalan. Pinjaman Bank (yang sebenarnya kurang diminati) sebesar 20–100 juta untuk membangun satu unit usaha, bisa tercapai oleh 132 dosen dan mahasiswa (sebagai peserta urunan) hanya dengan kontribusi 152–800 ribu rupiah per orang, tentu menjawab kesulitan permodalan sebagai jenis kesulitan terbanyak bagi IMK di Kota Tarakan. Meningkatnya partisipasi dalam program urun dana juga akan menjawab 5 dari 3 kesulitan lain (infrastuktur, cuaca, dan lainnnya) dalam indikator kesulitan Profil IMK Badan Pusat Statistik, yaitu pemasaran (inisiatif peserta urun dana), tenaga kerja dan pesaing (kolaborasi), dan BBM dan Bahan Baku (modal). Makanan dan Minuman Jadi sebagai opsi industri dengan potensi pendapatan 50–199 juta pertahun dapat dibagi hasil kepada para peserta urun dana dan pengusaha, tentu jadi pola kemitraan yang prospektif. Penggunaan teknologi yang dimulai dari perencanaan, pengumpulan dana urunan, bagi hasil, sampai layanan IMK yang berbasis teknologi (transaksi non-tunai) sehingga mengurangi kontak fisik secara langusung di tengah masyarakat, adalah gagasan peran mahasiswa pada aspek ekonomi sebagai upaya mendukung pemulihan Covid-19 menuju masyarakat digital “Smart City” Kota Tarakan.
Daftar Referensi:
- BPS. 2020. Profil Industri Mikro dan Kecil Provinsi Kalimantan Utara 2019. Tanjung Selor: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara.
- BPS. 2021. Kota Tarakan Dalam Angka 2021. Tarakan: Badan Pusat Statistik Kota Tarakan.
- BPS. 2021. Provinsi Kalimantan Utara Dalam Angka 2021. Bulungan: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara.
- BPS. 2021. Statistik Indonesia 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
- Dikti, Ditjen. 2021. Panduan Program Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia 2021. Ditjen Dikti.
- Doddy. “Jadikan Kampus Sebagai Kawah Candradimuka untuk Mencetak Pengusaha-pengusaha Baru”. http://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/jadikan-kampus-sebagai-kawah-candradimuka-untuk-mencetak-pengusaha-pengusaha-baru/, Diakses pada 29 Mei 2021.
- Doddy. “Mata Kuliah Startup Digital Bersifat Opsional” http://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/mata-kuliah-startup-digital-bersifat-opsional/ Diakses pada 29 Mei 2021.
- Kurniawan, Haris (Reporter). “Wali Kota Tarakan Berharap UMKM Jadi Pusat Penggunaan Uang Digital” https://www.merdeka.com/peristiwa/wali-kota-tarakan-berharap-umkm-jadi-pusat-penggunaan-uang-digital.html, Diakses pada 30 Mei 2021.
- OJK. 2018. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 37 POJK.042018 Tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding). Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
- OJK. 2019. Daftar Platform Equity Crowdfunding Yang Telah Mendapatkan Ijin dari OJK. Otoritas Jasa Keuangan.
- Putra, William Utomo. 2019. Indonesia Millenial Report 2019. IDN Reseach Institute.
- Sunandar, Nanang (Editor). 2019. Menuju Indonesia Sejahtera Esai-Esai Kebebasan Ekonomi. Jakarta Selatan: Friedrich Naumann Foundation (FNF).